Rivière (2024) adalah film drama remaja penuh energi tentang pencarian, persahabatan dan mimpi seorang gadis muda yang keluar dari pegunungan Swiss untuk menemukan dirinya sendiri di dunia olahraga dan emosi.
SINOPSIS FILM: Rivière (2024)
Rivière (2024) mengisahkan perjalanan Manon, seorang gadis berusia 17 tahun yang tumbuh di lereng pegunungan Swiss dengan hidup sederhana dan impian besar. Setelah kepergian ayahnya yang tak jelas, Manon memutuskan untuk meninggalkan rumah, merantau ke kota di Perancis demi mencari jejak sang ayah dan menemukan arah hidup yang selama ini kabur di horizon hatinya.
Di kota baru, Manon harus menghadapi berbagai tantangan: ia berada jauh dari lingkungan nyaman yang ia kenal, mencoba menyesuaikan diri di sekolah baru dan masuk ke tim hoki lapangan lokal — olahraga yang selama ini hanya dilihatnya dari jauh. Pemain laki-laki di tim tersebut meremehkannya, tapi Manon bersikeras membuktikan bahwa bakat dan keberanian tak kenal jenis kelamin. Di tengah latihan keras, ia juga berhadapan dengan konflik internal: rasa kehilangan, keraguan atas dirinya sendiri, dan luka yang tertinggal dari masa lalu.
Pertemuan dengan teman-baru seperti Karine dan Sophie membuka ruang untuk persahabatan yang tulus, dan secara tak terduga, muncul pula benih romansa di antara sorak sorai lapangan es yang dingin. Namun ambisi Manon bukan hanya soal cinta atau persahabatan—ia ingin mengukir nama sebagai pemain hoki profesional. Latihan malam setelah kelas, refleksi di tepi sungai–dan momen saat ia memutuskan untuk tidak lari lagi dari masa lalu–menjadi sorotan perjalanan transformasinya.
Sementara itu, bayang-bayang sang ayah terus menghantui. Ketika Manon akhirnya menemukan jejak ke kota, ia disambut oleh kenyataan yang menggetarkan: ayahnya sudah jauh meninggalkan karya dan ingatan mereka. Momen ini menjadi katalis bagi Manon untuk memilih: terus memburu bayang-bayang atau merangkul masa depan yang ia pilih sendiri.
Puncak film terjadi saat pertandingan penting di mana Manon tampil sebagai pemain kunci. Lapangan penuh gemuruh, sorak sorai yang dulu tampak asing kini menjadi suara keberanian dirinya. Di saat genting, ia melakukan gerakan yang menahan napas penonton—menunjukkan bahwa ia tak lagi sekadar mengejar jejak ayah, tapi menemukan dirinya. Dengan kemenangan simbolis atau mungkin kekalahan yang bermakna, Manon berdiri tegak, bukan sebagai korban, tapi sebagai pejuang yang tahu bahwa hidup lebih panjang dari satu peristiwa.
Rivière (2024) bukan hanya film olahraga atau drama remaja. Ia adalah meditasi tentang mencari akar, membangun identitas, dan menyadari bahwa keberanian terbesar adalah bertahan ketika semua mengatakan mundur. Visualnya memperlihatkan lanskap pegunungan Swiss yang sunyi dan kota yang ramai sebagai dua kutub kehidupan Manon — bayangan masa lalu dan janji masa depan. Musik latar dan adegan latihan yang intens membawa kita ke dalam denyut jantung karakter, membuat setiap pukulan stik hoki terasa seperti getaran hati yang tak terdengar.
Dengan alur yang menyentuh, konflik yang relevan dan karakter yang terasa nyata, Rivière (2024) menjadi tontonan yang cocok untuk penonton muda maupun dewasa yang mencari film dengan kedalaman emosional, perjuangan, dan harapan.
