Sinopsis Siksa Kubur (2024)
Nonton Full Film : https://www.cinemaindo24.org/siksa-kubur/
Dunia Film : Hari itu, ayah Adil dan Sita, dua anak remaja dari keluarga yang memiliki toko kue, mencoba membuat kue berbentuk buaya. Namun, Sita pikir hasilnya lebih mirip lele. Keluarga ini, yang bekerja sama untuk membuat dan menjual kue, tampak damai dan ceria.
Adil, yang pendiam, sering dibully oleh teman-teman sekolahnya. Suatu hari, teman-teman Adil datang ke toko, tetapi Sita mengusir mereka dari sana. Tiga orang asing masuk ke toko tak lama kemudian dan memesan kue spesial. Luar biasa, seorang pria kemudian muncul di depan Adil dan meminta air minum. “Awalnya aku tidak percaya. Jangan keluar,” kata pria itu, sebelum memberikan kaset kepada Adil. Pria itu membuat Adil bingung dan kemudian meninggalkan toko.
Ternyata, tiga orang yang tidak dikenal itu bermaksud mencuri uang di laci. Sita segera melaporkannya kepada orang tuanya setelah melihat hal itu. Kedua orang tuanya mengejar pencuri itu, tetapi ledakan besar terjadi di luar toko. Orang tua mereka dan orang-orang di sekitar mereka meninggal dalam ledakan itu.
Terbukti bahwa pria aneh yang menyimpan kaset adalah pembunuh bom bunuh diri. Kata-katanya, “Jangan keluar”, dimaksudkan untuk meminta Adil tetap tinggal saat ledakan terjadi.
Sita dan Adil dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi. Mereka hanya mengatakan bahwa Adil sempat memberi pria itu minum, tetapi mereka tidak memberi tahu tentang kaset, dan mereka ingin segera pulang.
Di luar kantor polisi, banyak mayat korban bom. Karena genangan darah, sita terpeleset ketika dia melangkah dengan hati-hati di antara mayat-mayat itu.
Saat Sita kembali ke rumah, dia memutar kaset itu. Mereka sangat terkejut ketika mendengar suara kesakitan dan teriakan, “Man robuka!” yang diduga berasal dari seseorang yang sedang mengalami siksa kubur.
Sita dan Adil dimasukkan ke dalam pesantren oleh paman mereka beberapa bulan setelah bom bunuh diri. Rumah mereka juga dibeli. Mereka diajarkan tentang keadaan di alam kubur dan siksa kubur yang mengerikan bagi mereka yang tidak berperilaku baik di pesantren.
Namun, Sita mulai mempertanyakan ajaran itu. Sita berdebat dengan para ustaz dan akhirnya nekat kabur dari pesantren bersama Adil melalui terowongan yang menakutkan, mempertanyakan mengapa agama selalu menakut-nakuti orang. Ia tidak percaya dengan siksa kubur.
Kisah hantunya terkenal di terowongan. Namun, Sita ingin membuktikan bahwa siksa kubur tidak ada. Sita dan Adil terpisah di dalam terowongan. Saat mencari Adil, Sita bertemu dengan seseorang yang meminta tolong, jadi dia ketakutan dan berlari keluar terowongan. Dia menemukan sejumlah besar orang yang sudah menunggunya di luar.
Sita dibawa kembali ke pesantren oleh ustazah yang baik hati. Namun, ada peraturan yang keras di pesantren: setiap murid yang melanggar harus memakai jilbab merah. Ustazah tersebut tidak tega dan melepas jilbab merah itu, tetapi ustazah lain datang dan memaksa Sita untuk memakainya.
Malam harinya, Sita mendengar pertengkaran dua orang ustazah dan mengetahui bahwa pemilik pesantren berniat menjadikan Adil sebagai babu dan budak nafsu. Dia segera berlari ke tempat Adil disekap. Sita kemudian ditahan di dalam sebuah ruangan.
Sita berhasil melarikan diri dan ditemui oleh seorang guru yang baik hati. Guru itu membawa semua barang Sita dan menyuruhnya kabur dari tempat itu. Setelah itu, sita mengejar mobil yang akan membawa Adil.
Sita menyelamatkan Adil dan mereka kembali ke terowongan. Namun, mereka terpisah, dan Sita bertemu dengan Ismail, seorang pria menyeramkan yang meminta tolong. Untungnya, Sita menemukan Adil dan mereka berdua melarikan diri keluar terowongan.
Adil dan Sita menjadi dewasa beberapa tahun kemudian. Sita bekerja sebagai suster di rumah sakit. Ia sangat tertarik untuk membuktikan bahwa siksa kubur tidak ada dengan menemukan orang yang berbuat dosa selama hidupnya. Para penghuni panti menghormati Sister karena dia adalah suster yang baik dan ramah.
Pak Wahyu, seorang penghuni panti, diminta pulang oleh anaknya karena keterbatasan biaya. Pak Wahyu tetap menegaskan bahwa dia tidak akan meninggalkan tempat itu. Anak-anak Pak Wahyu menuduh Sita memiliki niat jahat dan ingin menikahi Pak Wahyu, serta merampas harta Pak Wahyu. Sita mengelak dan mengatakan bahwa dia bisa membujuk Pak Wahyu untuk pergi dengan mereka hanya jika mereka berlutut dan mencium kakinya.
Sebaliknya, Adil bertugas sebagai pengurus dan memandikan jenazah. Adil dan Sitara masih sering bertemu. Adil menjelaskan bahwa siksa kubur menyiksa jiwa, bukan tubuh. Jika Sita dikubur, dia tidak akan menemukan apa-apa karena jiwanya disiksa.
Sita, yang tidak beragama, bertentangan dengan Adil, yang masih beragama. Dia ingat kematian tragis orang tuanya dan perceraian Adil dengan istrinya karena pekerjaannya sebagai pengurus jenazah.
Malam itu, Sita berbicara dengan Pak Wahyu tentang agama. Meskipun dia tahu keraguan Sita, Pak Wahyu kagum dengan kebaikannya. Dia menceritakan tentang siksa kubur dan bagaimana tubuh yang terbiasa dengan siksaan lama kelamaan tidak akan merasakan sakit lagi.
Ternyata, Pak Wahyu adalah pemilik pesantren di mana Sita dan Adil masih remaja. Sita mengetahui bahwa Pak Wahyu telah merusak dan menjadikan semua muridnya, termasuk Adil, sebagai budak nafsu. Sekitar lima puluh santri telah menjadi korbannya. Namun, Ismail, seorang anak, hilang.
Saat Sita mengatakan kepada Pak Wahyu bahwa dia adalah salah satu santrinya, Pak Wahyu terkejut, dan dia mengenal Sita sebagai orang yang paling bejat. Ironisnya, Pak Wahyu malah bangga dengan apa yang dia lakukan. Adil tiba-tiba memasuki ruangan, menghentikan pembicaraan mereka.
Adil berusaha untuk membalaskan dendamnya. Namun, Pak Wahyu berhasil melarikan diri dan mengambil pistol dari dalam laci. Orang lain yang tinggal di panti memasuki ruangan setelah mendengar suara keributan. Pak Wahyu menceracau dan melepaskan senapan apinya ke mulutnya sendiri.
Setelah itu, Adil menangani jenazah Pak Wahyu. Sita bersikeras untuk ikut dikuburkan bersama jasad Pak Wahyu dengan membawa kamera. Di dalam kuburan, dia ketakutan dengan suara-suara bisikan misterius yang dia rekam dengan kamera.
Setelah itu, Sita diwawancarai di televisi mengenai dirinya sebagai korban bom bunuh diri yang membunuh kedua orang tuanya. Dia juga berbicara tentang dosa-dosa Pak Wahyu dan pengalamannya saat dikubur bersama mayatnya. Sita kemudian meminta TV untuk memutar rekamannya, tetapi tidak ada apa-apa di dalamnya.
Setelah acara, Sita bertemu dengan Adil. Dia marah padanya dan menuduhnya menukar video rekaman. Selanjutnya, mereka berselisih dengan keras. Adil, yang selama ini diam-diam, akhirnya mengungkapkan semua keluhannya. Adil menuduh Sita sebagai dalang di balik kematian orang tua mereka. Dia percaya bahwa Sita-lah yang memberi tahu orang tua mereka tentang pencurian uang, yang membuat mereka pergi dan dibunuh.
Setelah mendengar tuduhan Adil, Sita sangat marah. Ia merasa Adil tidak berguna dan tidak dapat melindungi dirinya sendiri, berbeda dengan Sita yang selalu mandiri. Adil menjawab bahwa Sita terlalu terobsesi dengan tujuannya untuk mencari orang yang paling durhaka dan dia ingin melihat orang itu disiksa di dalam kuburan.
Setelah kembali ke rumah sakit, Sita bertemu dengan Bu Nani. Dia memberi tahu Sita bahwa suaminya, Pak Pandi, sedang berselingkuh dengan seorang suster ketika Sita membuka kamarnya. Suami Bu Nani meminta maaf, tetapi Bu Nani tetap terpukul dan bingung.
Kemudian terjadi tragedi. Tiba-tiba, Bu Nani ngompol dan muntah. Bu Nani mencoba mengambil cincinnya saat dia hendak mencuci bajunya di mesin cuci, tetapi tangannya menyalakan mesin cuci tanpa sengaja ketika cincinnya terlepas dan tertelan. Bu Nani berusaha menarik rambutnya dengan kuat hingga kulit wajahnya terlepas karena rambutnya terikat dan tergiling. Kejadian mengerikan ini mengakibatkan kematian Bu Nani. Suami Bu Nani menyatakan bahwa Sita bertanggung jawab atas kematian istrinya karena kurangnya perawatan yang diberikan kepadanya.
Setelah itu, sita bertemu dengan Bu Juwita, seorang penghuni panti yang mengklaim dapat berbicara dengan arwah orang yang baru meninggal. Setelah Sita memintanya untuk menunjukkan arwah Bu Nani, mereka memulai tradisi memanggil arwah. Pada awalnya, Sita tidak dapat menyaksikan arwah Bu Nani. Wanita itu meyakinkan Sita bahwa dia dapat melihatnya. Karena Sita tidak pernah percaya pada hal-hal gaib, ritual itu tidak berhasil. Saat mereka berpisah, Bu Juwita tiba-tiba menjadi kerasukan dan menyebut nama Ismail yang meminta tolong.
Adil bekerja di kamar mayat di tempat lain. Dia tiba-tiba mendengar suara ketukan di balik pintu dan di dalam loker. Adil tidak takut; saat dia hendak kembali, mayat yang dia mandikan tiba-tiba hilang dari pandangan. Meskipun Adil segera keluar, pintunya terkunci.
Di rumah sakit, Pak Pandi secara tidak sengaja menyerang teman Sita dengan pisau. Sita berhasil menyelamatkan diri, tetapi orang lain menikamnya hingga tewas. Karena mereka membiarkan kejahatan terjadi, mereka membunuh suster itu karena takut akan siksa kubur. Sebaliknya, rekaman suara tentang siksa kubur tersebar luas dan berdampak pada orang-orang. Orang-orang di luar sana menjadi sangat kacau.
Setelah itu, sita yang kalut menggali kubur Pak Wahyu sekali lagi dan masuk ke dalamnya. Dia tertimbun di tanah dan masuk ke sebuah lubang yang membawa dia ke area di kubur di mana orang-orang dilecehkan. Sita mencari jalan keluar dan bertemu Ismail. Tak lama kemudian, dia bertemu Adil, tangannya penuh dengan cairan nanah.
Sita memasuki ruangan berwarna merah yang dulunya merupakan toko rotinya; itu adalah tempat di mana dia memiliki kenangan sedih tentang kematian orang tuanya. Dia mencari jalan keluar lagi dan menyaksikan berbagai jenis teror mengerikan. Akhirnya, dia menemukan Ismail dan membantu Sita keluar dari gedung.
Tapi jasad Pak Wahyu masih ada di dalam kubur bersama Sita. Dia masih terjebak di dalam kuburan dengan kameranya, sepertinya itu hanya mimpi. Jasad Pak Wahyu tiba-tiba terduduk. Sita, ketakutan, terus merekamnya dan memanggil Adil.
“Man robuka!” terdengar oleh Sita, dan kepala Pak Wahyu dipukul sampai hancur. Kemudian, beberapa ekor ular membakar kepalanya sampai hanya tersisa tulang belulang. Sita menyaksikan kejadian tersebut berulang kali. Sita tidak mampu menahan penderitaan yang mengerikan itu. Dia menangis, meminta ampunan, dan bertobat.
Sita tertatih-tatih keluar ketika Adil tiba-tiba muncul dan bersusah payah membuka papan kubur. Namun, sepertinya Adil digigit ular dan mati karena bisanya.
End Credit: Pak Pandi mematikan ponsel yang memutar pidato Pak Wahyu. Dia kemudian mengajak orang lain tidur karena mereka akan plesiran besok.